Minggu, 20 Juli 2008

Bang Kodir, Brand Image Bordir Pasuruan

Tahun 2007 Kabupaten Pasuruan meraih piala emas Otonomi Award dari Jawa Pos Institute of Pro Otonomi (JPIP). Kabupaten ini mendapatkan anugerah sebagai Daerah dengan Terobosan Menonjol dalam Pengembangan Ekonomi. Apa saja terobosan yang dilakukan? Berikut laporan wartawan Radar Bromo (Grup Jawa Pos) Moch. Arief Fanani dan Pudji Leksono.
-------------

Bang Kodir bukanlah siapa-siapa. Dia merupakan akronim untuk Bangil Kota Bordir atau nama even tahunan superbazar bagi kerajinan bordir. Konsepnya mempertemukan produsen dan konsumen. Istilah Bang Kodir pertama muncul pada September 2005. Dimotori Pemerintah Kabupaten Pasuruan dan Asosiasi Pengusaha Bordir (Aspendir), Bang Kodir menjadi even terbesar pada tahun itu.


Dipilihnya Bangil sebagai Kota Bordir berawal dari kegelisahan Wakil Bupati Pasuruan Muzammil Syafi’i. Sebab, jumlah perajin bordir di Bangil mencapai puluhan ribu. Produknya tersebar di seluruh Nusantara. Bahkan, ada yang diekspor ke mancanegara. Tetapi, volume produksi yang besar itu tidak menjadikan Bangil dan Pasuruan besar karena bordir. Sebab, Bangil hanya menjadi tempat produksi, tapi tidak mempunyai brand.


Orang justru mengenal bordir dari Tasikmalaya atau Bali. "Padahal, kita tahu Bali tidak mempunyai tenaga ahli bordir yang bagus. Mereka mengambil bordir dari Bangil, lantas dilabeli. Begitu saja," ungkap Muzammil. Dari situ, muncul ide untuk menjadikan bordir sebagai ikon Bangil. "Kalau ke Bangil, jangan lupa beli bordir," ujarnya.



Setelah melalui pembahasan panjang, Pemkab Pasuruan bertekad mengangkat potensi bordir itu. Sebagai pencetus ide, Muzammil segera mengumpulkan perajin bordir di Bangil dan sekitarnya. Ternyata, bordir memang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi ikon daerah. Ditemui di rumah dinasnya kemarin, Muzammil menjelaskan, waktu itu jumlah perajin mencapai 4.000 orang. Dari situlah muncul ide pembentukan Aspendir. "Waktu saya tanya, ada tiga kendala utama perajin. Desain, manajemen pemasaran, dan permodalan," ungkap pria yang pernah menjabat ketua DPRD Kabupaten Pasuruan itu.



Dari diskusi tersebut disimpulkan bahwa pasar memegang peran sangat penting. "Karena potensi pasar sangat ditentukan promosi, saya mengundang teman-teman Aspendir untuk mengadakan Bang Kodir," katanya. Namun, ide pencanangan Bang Kodir tidak semulus yang dibayangkan. Saat pertama dilontarkan, beberapa orang menolak ide itu. Bahkan, ada yang menganggap ide tersebut hanya menghambur-hamburkan uang. Sebab, pencanangan Bang Kodir membutuhkan dana Rp 240 juta.



Menghadapi penolakan tersebut, Muzammil tidak serta-merta menyerah. Sebagai wakil bupati, dia berusaha meyakinkan manfaat pencanangan Bang Kodir. Bahkan, dia menyatakan akan membiayai sendiri apabila DPRD tidak menyetujui ide tersebut. Akhirnya, ide tersebut diterima DPRD. Untuk memperkuat aspek promosi, kalangan media, seperti Radar Bromo dan JTV, juga dilibatkan.Keyakinan Muzammil terbukti. Pencanangan Bang Kodir berlangsung sukses dan meriah. Sedikitnya 4.000 perajin dan puluhan UKM terlibat. Sejak saat itu, Bangil dikenal sebagai Bang Kodir. Soal asal-usul akronim Bang Kodir, Muzammil menjelaskan bahwa nama itu diperoleh dari Murtaji, seorang tokoh masyarakat di Bangil. "Saya setuju. Lalu, saya sampaikan ke bupati dan langsung dideklarasikan," jelasnya.




Pencanangan Bang Kodir memang terbukti efektif. Selain Kabupaten Pasuruan dikenal sebagai pusat bordir, usaha bordir di Bangil berkembang pesat. Dari 4.000 perajin pada 2005, saat ini jumlahnya lebih dari 10.000 perajin. Mereka terorganisasi dalam 99 usaha kecil dan menengah (UKM). "Dengan adanya even tersebut, bordir Bangil semakin dikenal. Tidak hanya di Jawa Timur, tapi di seluruh Indonesia. Bahkan, menembus ke luar negeri," kata Deny Edwin, ketua Aspendir Kabupaten Pasuruan.



Setelah lebih dari satu tahun dilaksanakan, dampak even tersebut masih terasa.
Jika ada bordir, konsumen langsung teringat nama Bang Kodir. "Saat kita mengadakan pameran, yang diingat orang pasti Bang Kodir," ungkapnya. Saat ini, bordir Bangil menembus pasar dunia. Malaysia dan beberapa negara Timur Tengah menjadi pasar potensial bagi pengusaha bordir di Bangil. Untuk mengatasi masalah permodalan, pemkab menyuntikkan modal Rp 2 miliar melalui Bank Bukopin. Selain itu, pemkab memfasilitasi perbaikan manajemen dan pemasaran. Mengiringi kesuksesan tersebut, Pemerintah Kabupaten Pasuruan akan kembali mengadakan even serupa tahun ini. Namun, kali ini bukan bordir yang akan diangkat. Tapi, mebel di daerah Winongan serta festival mangga dan apel. "Dua even ini akan kami kemas seperti Bang Kodir. Harapannya juga tidak berbeda jauh. Lebih mengenalkan dan memasarkan produk asli Kabupaten Pasuruan," tegas Muzammil.

Tidak ada komentar: